Membangun Integritas
Di sekolah kehidupan, saya belajar
bahwa setiap orang perlu membangun integritas dirinya, agar ia dimungkinkan membangun integritas kelompok dan organisasi di mana ia berada,
yang pada gilirannya dapat pula menyumbang kearah pembentukan integritas
masyarakat bangsa. Caranya adalah dengan: pertama,menunjukkan kejujuran dan
berani berbicara sesuai kenyataan; kedua,menepati janji atau melakukan apa
yang dijanjikan dan tidak
membocorkan rahasia; dan ketiga, bertindak konsisten
dalam arti menyatukan kata dengan perbuatan yang kita lakukan.
Di
sekolah kehidupan pula saya belajar bahwa secara praktik barangsiapa yang
pernah berbohong; atau pernah ingkar janji; atau pernah mengkhianati
kepercayaan orang lain, memenuhi syarat untuk disebut munafik. Sebab
kawan-kawan muslim mengajarkan kepada saya bahwa tiga ciri manusia munafik
adalah: apabila ia berbicara, ia bohong; apabila ia berjanji, ia ingkar; dan
apabila ia diberi kepercayaan [amanah], ia berkhianat. Dan saya merasa bahwa
penjelasan mengenai tiga ciri kemunafikan itu begitu operasional dan praktis.
Sedemikian operasionalnya pengertian orang munafik di
atas, maka setiap orang langsung dapat menjawab apakah ia PERNAH munafik,
KADANG-KADANG munafik, SERING munafik, atau SELALU munafik. Ibarat warna, putih
seratus persen dapat dianggap simbol orang yang tidak munafik; abu-abu untuk
yang PERNAH berbohong; agak hitam untuk yang SERING berbohong; dan hitam legam
untuk yang SELALU berbohong.
Apa hubungan antara integritas dan kemunafikan? Mungkin
ini, integritas adalah musuh kemunafikan, atau sebaliknya. Artinya, saya tidak
bisa membangun integritas sambil mempertahankan kemunafikan saya. Saya harus
meninggalkan yang satu untuk mengembang-kan yang lain. Seumpama menentukan arah
berjalan, saya tidak bisa memilih ke timur dan barat sekaligus.
Lebih lanjut,
pembelajaran di sekolah kehidupan
memperhadapkan saya dengan kenyataan ini: tidak sulit untuk bersepakat bahwa
integritas adalah salah satu karakter terpuji, sementara munafik adalah salah
satu karakter tercela; yang sulit adalah mendemonstrasikan karaker terpuji
secara konsisten dalam seluruh aspek kehidupan. Dengan lain perkataan, menjadi
seseorang yang punya integritas tinggi [baca: nyaris tak pernah berdusta;
selalu menepati janji dan menjaga rahasia; dan memegang teguh amanah dari
orangtua/atasan/ organisasi/dsb], itulah yang sulit.
* * * *
Pada level personal, salah satu kemunafikan yang pernah
saya tunjukkan dalam hidup adalah ketika saya mengecewakan harapan orangtua
saya Waktu itu saya baru saja menjadi remaja
perantauan yang menuntut ilmu di Cirebon. Sejumlah uang kiriman orangtua untuk
membayar uang sekolah selama satu tahun, saya selewengkan untuk
bersenang-senang. Saya pikir hal ini nanti dapat saya atasi dengan membayar
secara bulanan dari uang belanja yang dikirim reguler. Nyatanya sampai bulan ke
sembilan, saya belum pernah membayar uang sekolah sekali pun.
Pihak sekolah lalu mengirimkan pemberitahuan kepada orangtua
saya di Jakarta. Menerima surat tersebut, ayah saya berang bukan kepalang. Ia
menelepon dan menyuruh saya pulang. Saya ingat kata-katanya yang sangat keras,
“Pulang saja kamu. Buat apa sekolah, kalau kamu tidak bisa dipercaya. Jika kamu
tak bisa dipercaya, maka kepintaran setinggi apapun yang kamu peroleh akan
membahayakan orang lain nanti. Pulang saja kamu, jadi supir angkot disini.”
Andai almarhumah Ibu saya tidak turun tangan, maka boleh
jadi sejak saat itu saya tidak akan mendapatkan kiriman uang lagi, kecuali
ongkos untuk mudik ke kota kelahiran saya. Untunglah hal itu akhirnya dimaafkan
oleh orangtua saya. Dan saya tidak pernah melupakan pelajaran semacam itu.
Pengalaman pahit itu mengajarkan kepada saya bahwa
integritas diperlukan untuk mendapatkan kepercayaan pihak lain. Namun, bukan
cuma integritas. Untuk dapat dipercaya, saya juga mesti memiliki kecakapan.
Dalam kasus saya di atas, kecakapan yang dituntut adalah cakap mengelola
keuangan agar dapat memenuhi sejumlah kebutuhan hidup dalam segala keterbatasan
yang ada.
Pada
level organisasi, soal integritas ini saya pelajari antara lain dari berbagai partai
dan organisasi yang pernah saya ikuti,antara lain Partai PPP,GOLKAR,PKB dan terakhir
HANURA. Adapu organisasi yang pernah saya ikuti antara lain AMPI,KOSGORO,BM
HANURA dan Karang Taruna tingkat Kelurahan dan Kecamatan. Dari pengalaman
inilah saya belajar dan saya terapkan pada kepribadian dan keluarga saya.
Salam
Integritas,semoga Terinspirasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar